Sunday, April 19, 2015

ibu saya


Sudah 4 bulan lebih semenjak kepergian ibu saya. Sampai hari ini saya masih amat sangat kehilangan dan merindukan ibu. Saya tau persis, bukan hanya saya yang kehilangan dan merindukan ibu, Bapak saya juga amat sangat terpukul dengan meninggalnya ibu saya, abang-abang saya, adik saya serta kerabat yang lain juga merasakan kehilangan yang sama. Dalam surah Al-Baqarah ayat 286 Allah SWT sudah menjelaskan bahwa "Allah tidak akan membebani manusia diluar batas kemampuannya". Allah SWT tau persis apa yang baik dan tidak baik untuk ibu saya. Ibu saya sakit semenjak tahun 2004, dan mulai kemoterapi sejak tahun 2012, dan mulai terbaring lemah sejak Oktober 2014. Hingga akhirnya ibu saya meninggal pada kamis malam 11 Desember 2014. Allah menggugurkan dosa-dosa ibu saya selama 10 tahun, dan selama itu pula kesabaran, kesetiaan dan pengetahuan saya tentang apa yang menjadi milik Allah akan kembali kepada Allah diuji. Sama sekali bukan urusan mudah bagi saya untuk mengiklashkan kepergian ibu saya, saya satu satunya anak perempuan yang Ibu dan Bapak saya miliki. Apapun yang terjadi, mulai dari senang maupun susah semua saya ceritakan k Ibu saya. Ibu saya orang yang paling mengerti bagaimana polemik kehidupan dan keseharian saya. Ibu saya suka sekali dengan novel-novelnya Tere Liye, dan ibu saya selalu menceritakan kembali isi novel itu sambil memberikan life lesson kepada saya. Saya lebih suka mendengarkan ibu cerita isi dari novel Tere Liye daripada saya membacanya sendiri. Ketika ibu saya sudah tiada, pada akhirnya saya belajar untuk mengiklashkan kepergian ibu saya, karena rasa sayang Allah k ibu saya lebih besar ketimbang rasa sayang saya k ibu saya. Sampai hari ini saya masih tidur d kamar ibu saya, dan hampir setiap malam saya masih belum bisa untuk tidak nangis kalau kalau saya teringat dengan ibu. Ketika ibu saya masih sehat, saya punya kebiasaan untuk mengantar ibu saya k sekolah setiap pagi, dari senin sampai sabtu. Pada saat itulah saya selalu berbagi cerita k ibu. Dan sekarang saya sudah tidak punya kebiasaan itu lagi. Setiap manusia punya rencananya masing-masing, seperti ibu saya punya rencana, ketika saya wisuda nanti kami sekeluarga akan meng-upgrade foto keluarga kami. Karena ibu dan Bapak saya sudah punya 2 orang cucu. Tapi manusia hanya bisa berencana dan Allah yang menentukan alur cerita hidup manusia. Pada hari saya wisuda, ibu saya sudah terbaring lemas di rumah sakit Gleneagles. Saya tidak ikut wisuda karena saya mau hari bahagia saya disaksikan oleh kedua orang tua saya. Jadi saya memutuskan untuk melakukan hal yang lebih penting daripada wisuda, mengabdi merawat ibu saya d rumah sakit. Hampir 2 minggu saya menjaga ibu saya d rumah sakit (pihak rumah sakit tidak mengizinkan laki-laki untuk masuk sal perempuan pada malam hari, walaupun itu istrinya sendiri). Saya dengan Bapak ganti-gantian untuk menjaga ibu.Sedapat mungkin saya tidak nangis d depan ibu dan bapak saya selama disana. karena bapak saya paling tidak bisa menahan air mata ketika melihat ibu terbaring lemah dan tidak berdaya. Pernah sekali saya benar-benar tidak bisa menahan air mata saya dan saya menangis ketika ibu sedang tidur. Ibu saya langsung terbangun dan menggenggam tangan saya. Ibu saya bilang "dekmay jangan nangis, nanti mamak ga sembuh sembuh kalo dekmay nangis.." Saya langsung menghapus air mata dan mencoba untuk tidak menangis. dan ternyata susah. Selama ibu dirawat, apabila ibu tidak bisa tidur, ibu selalu bilang "dekmay ngaji boleh? biar mamak tertidur.." saya mengaji dan sebelah tangan saya digenggam oleh ibu. Dan apabila saya bergerak sedikit saja ketika ibu sudah tertidur, ibu saya akan terbangun dan bilang "dekmay sini aja, jangan pigi-pigi.." Seakan-akan ibu saya mau bilang bahwa waktu saya untuk sama sama dengan ibu saya sudah tidak lama lagi. Hari terakhir kami d rumah sakit sebelum akhirnya pulang kembali k Banda Aceh ibu saya bilang "dekmay aja yang pergi ya, mamak capek kali ga sanggup pergi lagi.. mamak disini aja boleh?" Saya mencoba untuk denial sekuat tenaga, pikiran dan apapun itu namanya. Semakin saya denial tanda-tanda bahwa Allah akan mengambil kembali ibu saya semakin jelas terlihat. Selama sakit ibu saya tidak pernah bilang sakit, perih atau mengeluh tentang sakitnya ini. Tapi hari itu untuk pertama kalinya saya dengar ibu saya bilang capek. Saya tidak tau harus tidak nangis bagaimana lagi. Rasa-rasanya saya seperti ditampar, dipukul, dihina, dirajam sekaligus dengan kalimat ibu saya itu. Sekuat tenaga saya bilang k ibu bahwa kita akan pulang sama sama dan Bapak da dan keluarga yang lain akan mengupayakan untuk kesembuhan ibu. Tapi Allah berkehendak lain, Ibu saya meninggal dunia ketika sampai d Banda Aceh setelah mendengar suara anak-anaknya berkumpul. Ibu saya meninggal dunia d rumah sakit Meuraxa pada malam Jum'at pukul 19.15 WIB. Dari semua kejadian ini saya teringat akan sesuatu.. Seorang bertanya kepada Amirul Mukminin Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw; “Ya Ali, kulhat sahabat-sahabatmu begitu setia sehingga mereka banyak sekali, berapakah sahabatmu itu..?” Imam Ali menjawab, “Nanti akan kuhitung setelah aku tertimpa musibah” Imam Ali berkata, “Seorang sahabat bukanlah sahabat (sesungguhnya) kecuali apabila ia memberikan perlindungan kepada temannya dalam tiga kesempatan; dalam kesukaran, dalam ketidakhadirannya dan dalam kematiannya.” Selama saya merawat ibu, banyak hal yang terjadi. Mulai dari yang sepele sampai hal besar. Keluarga bisa jadi orang asing, orang asing bisa jadi keluarga. Teman bisa jadi orang asing, orang asing bisa jadi teman. Hidup memang kadang bisa semisterius itu. Akhirnya saya mewakili ibu saya memohon maaf lahir dan bathin apabila pernah bertemu dengan ibu saya, diajarkan oleh ibu saya, bersaudara dengan ibu saya, berteman dengan ibu saya, dan kenal dengan ibu saya. Apabila ibu saya dulu pernah menyakiti hati, perasaan siapapun itu, baik sengaja maupun tidak disengaja, saya mohon maaf agar sekiranya ibu saya dimaafkan segala kesalahannya. Saya hanya ingin ibu saya tenang di sisi Allah dan Husnul Khatimah.

1 comment:

  1. Wuaaaaaa........TT_____TT

    Umaaaaay. Cup cup wawaaaaww.....
    *nagis nih jadinya, kayak flashback

    yang sabar ya dek, yang tabah ya dek, nanti kita masak masak lagi....#eh.


    hiihihihihi.....love you, love your mom, she will be in Jannah InsyaAllah, Alfatihah. Amiiiin....>>__<<

    ReplyDelete